Rabu, 16 September 2015

Luka Si Kaki Kecil

Teater Mimbar sedikit berbagi karya nih, dari kakak Millatul Afdlila, Divisi Sastra kepengurusan Tahun 2013-2014 ketika beliau mengikuti seleksi lomba PEKSIMIDA Jawa Tengah dan alhamdulillah dapat amanah untuk mewakili UIN Walisongo dalam cabang lomba menulis puisi di Purwokerto... Yuk kita simak... :)


Luka si Kaki Kecil

Kulihat kaki-kaki kecil menyepak bola di tanah gembur
Sekilas terlihat biasa dan tak membanggakan
Mereka memang kaki-kaki kecil pedalaman
Bisanya berkutat sunyi sepi jauh dari peradaban
Tapi, senyum mereka tak bisa dibantah lagi
Sorak-sorai yang mengepul
Membumbung tingggi ke angkasa
Mampu mengguratkan  pola ditiap arus bibirnya
Aku masih saja di sini
Menyudutkan tubuh di tepi pintu renta
Memoroskan mata tuk menelisik setiap rongga hati mereka
Terus menelisik, menyapu deretan tingkah
Si kaki-kaki kecil pedalaman
Aku tak mau bergeser dari kenyamanan ini
Hatiku sudah terlanjur mengendap di hati mereka
Bahkan terlanjur menancap di gemburnya pedalaman
Kusebut mereka emas hitam
Emasnya pedalaman yang buta akan kecanggihan zaman
Mataku memang tak setajam insting kelelawar
Tapi mata hatiku lebih tajam dari apapun
Karena ia yang mengolah rasa serta telepatiku
Kakiku mulai melangkah menghampiri kaki kecil itu
Tanyaku pada ia yang mematung diriuknya perhelatan
“Apa kau sedang terluka? genggam tanganku dan kau akan baik-baik saja,”
Dipeluklah aku dengan isyarat yang masih tanda tanya
Air matanya mulai menetes
Melewati jalur, lajur, dan arah yang pastinya jatuh ke bawah
“Tumpahkan semua lukamu biar tak menganga lagi,”
Seiring mentari yang tak akan abadi
Ia akan melarungkan senja di batas waktu
Menyisakan semburat warna kemilau
Yang akan mengusung sedih dari lembah batinmu
Perlahan kau beri aku isyarat, “Sakit”
Lalu kau semakin meraung menahan sakit
Ternyata ada lebam melilit lehermu
Apa yang terjadi denganmu?
Si kaki kecil
Lukamu itu membuatku menafsirkan inginmu
Dan kau tulis satu kata kunci, “Bapak”
Yah, bisa ku tebak
Kau disiksa oleh kebiadabannya
Kaupun mengangguk bersama ketakutan
Tak semestinya tangan kakunya berhenti ditubuh mungilmu
Jangan pernah takut, semua lukamu akan sembuh
Masih ada tangan lembut yang akan membelaimu
Sekali lagi peluk saja aku
Kan kudekap kau dalam tempurung hatiku
Goresan: Afdlila
Purwokerto, 10 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar