Minggu, 12 April 2015

ORANG KASAR



PENTAS KERJASAMA TEATER MIMBAR UIN WALISONGO DENGAN TEATER GETAR IAIN SALATIGA DENGAN NASKAH “ORANG KASAR”


Kerjasama antar komunitas pekerja teater sangat diperlukan untuk menjalin kekerabatan keluarga teater serta membangun link demi memperluas ranah kesenian. Selain itu, kerjasama antar komunitas pekerja teater juga dapat dijadikan sebagai media patokduga atau media sharing ilmu khususnya bidang seni teater yang mana referensi dari luar sangatlah diperlukan untuk menciptakan seni teater yang benar-benar terpenuhi semuanya unsurnya, bukan seni teater yang hanya terkenal namanya saja tanpa kualitas yang terjamin. Kerjasama dalam hal ini dapat berupa guyub bareng atau pentas gabungan dari beberapa komunitas pekerja teater, pentas tour atau pentas produksi yang dipentaskan di luar lingkup yang memproduksi atau menerima (memfasilitasi) teater luar untuk mementaskan naskahnya di area kita.
Pentas kerjasama merupakan salah satu program kerja dari Devisi Teater di Teater Mimbar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 09 April 2015 bertempat di Audit I Kampus I Universitas Islam Negeri Walisongo. Naskah yang dipentaskan adalah lakon “Orang Kasar” karya Anton Chekov saduran W.S Rendra yang disutradarai oleh Anang Fesbuk dan asistennya Yusuf Ali. Sebelum pementasan ini dimulai, acara dibuka dengan sambutan lurah Teater Mimbar (Rijal Mukharor) dan Lurah Teater Getar (Suneo). Dalam naskah ini menceritakan tentang kesedihan yang sangat mendalam seorang istri yang ditinggal mati suaminya hingga ia lupa akan kehidupannya. Lakon sang istri ini diperankan oleh Rizka. Nyonya Rizka ditemani lelaki tua pembantunya yang sangat setia dengannya, diperankan oleh Huda. Konflik puncak terjadi saat datang seorang lelaki kasar yang menagih hutang suami Nyonya Rizka waktu lampau yang diperankan oleh Mikdad. Ending dari cerita ini merupakan happy ending yang ditandai tumbuhnya cinta lelaki kasar yang disebut Baitul Bilal itu terhadap keteguhan Nyonya Rizka. Latar disetting dengan khasnya Eropa baik tempat, suasana maupun waktu. Naskah ini dipentaskan yang kedua oleh Teater Getar, pertama dipentaskan di Salatiga dan yang kedua di Semarang yang bekerja sama dengan Teater Mimbar. “Untuk pementasan di Semarang, kami realist sebagian adegan yang dikomedikan, tujuannya untuk menghibur para penonton”, ujar Yusuf Ali asisten sutradara dalam diskusi setelah pementasan. Setiap pementasan teater pasti ada improve dari para actor, salah satunya improve dari Mikdad yang agak melenceng dari tema naskah. Ia memerankan karakter orang kasar namun ia sesekali mengucapkan kalimat toyyibah yang sama sekali bukan kata yang sejalur dengan karakternya. “Sebenarnya saya ucap Astaghfirullaahal’adziim setelah disiramkan minuman keras di kepala saya oleh nyonya tadi improve yang reflex dari kebiasaan saya. Saya tau itu melenceng, tapi saya lihat para penonton malah antusias tertawa dengan improve saya tadi, ya sudah saya teruskan yang penting saya tidak lupa dengan dialog setelah itu.”, ujarnya. Sebenarnya ketika proses latihan sutradara maupun asisten sutradara berhak merubah isi naskah yang akan dipentaskan. Namun ketika sudah berada di atas panggung, panggung tersebut merupakan hak dari para actor. Satu hal yang mengejutkan Yusuf Ali sebagai asisten sutradara adalah ada adegan dan actor figuran tambahan yang sama sekali tidak terkonsep dalam naskah. “Pasti itu ulah para actor, tapi saya bangga karena mereka mampu menciptakan hal baru di atas panggung tanpa mengurangi konsentrasi mereka.”, kata Yusuf Ali.


Oleh: En

Tidak ada komentar:

Posting Komentar